TIMUN MAS
Di suatu kampung di Jawa Tengah, hiduplah seorang wanita tua bernama Mbok Srini. Dia hidup sebatang kara karena ia tidak mempunyai anak dan suaminya telah meninggal dunia beberapa tahun silam. Wanita itu sangat mengharapkan dapat memiliki seorang anak, namun apalah daya harapannya itu pupus karena suaminya telah tiada.
Namun suatu hari, ia mendengar kabar bahwa terdapat raksasa buto ijo di belakang lereng gunung yang letaknya tidak jauh dari pedasaan. Raksasa yang disebut buto ijo itu akan mengabulkan permintaan orang namun dengan persyaratan tertentu. Tidak ada seorang pun yang berani mendekati tempat dimana buto ijo itu tinggal karena buto ijo itu sangat jahat.
Pada suatu malam, mbok Srini mengurungkan niatnya untuk pergi ke belakang lereng gunung tempat buto ijo itu tinggal. Dia sangat mengharapkan buto ijo akan mengabulkan harapannya untuk dapat memiliki seorang anak. Sesampainya mbok Srini di gua belakang lereng gunung, muncullah raksasa yang sangat besar berwarna hijau dan menyanyakan maksud kedatangan mbok Srini. Kemudian mbok Srini menjelaskan keinginannya untuk memiliki seorang anak. Dan buto ijo pun akan mengabulkan permintaan mbok Srini dengan syarat apabila kelak anak tersebut berumur 17 tahun harus di serahkan kepadanya sebagai santapan buto ijo. Dan mbok Srini menerima perjanjian tersebut. Setelah itu, buto ijo menyerahkan biji ketimun kepada mbok Srini untuk di tanam dan dirawat.
Sesampainya mbok Srini dirumah, ia langsung menanam biji ketimun tersebut. Setiap hari ia merawat tanaman tersebut sampai tanaman besar dan tumbuh buah mentimun emas. Kemudian dipetiknya buah tersebut dan dibelah, sungguh terkejut mbok Srini ketika melihat seorang bayi perempuan didalam mentimun tersebut. Sungguh bahagia hati mbok Srini, dan ia memberi nama anak tersebut timun mas.
Seiring berjalannya waktu, Timun Mas tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik. Ketika Timun Mas berumur !7 tahun, mbok Srini menceritakan tentang kehadiran Timun Mas beserta buto ijo. Begitu terkejutnya Timun Mas mendengar cerita ibunya (mbok Srini). Timun Mas pun, menanyakan kepada ibunya bagaimana harus menghindari si raksasa buto ijo itu. Mbok Srini tak berdaya hanya bisa menangis.
Beberapa hari kemudian, datanglah seorang kakek tua berjubah putih kerumah mbok Srini dan memberikan bungkusan bekal untuk Timun Mas dalam menghadapi buto ijo. Mbok Srini pun langsung memberikan bekal tersebut kepada Timun Mas dan mengajarinya cara melawan buto ijo.
Beberapa hari kemudian, terdengar suara marah buto ijo dari kejauhan. Mbok Srini menyuruh Timun Mas cepat pergi jauh dari desa untuk menyelamatkan diri. Beberapa waktu kemudian, buto ijo sampai ke rumah mbok Srini untuk menagih janji. Namun Timun Mas tidak berada dirumah mbok Srini lagi, buto ijo pun sangat marah dan mencari Timun Mas.
Timun Mas terus berlari, namun suara buto ijo semakin mendekat. Akhirnya Timun Mas bertemu dengan buto ijo. Buto ijo ingin menyantap Timun Mas, akhirnya Timun Mas mengeluarkan bekal yang di berikan mbok Srini dan bekal-bekal tersebut membuat buto ijo kalah. Salah satu bekal tersebut mengeluarkan lumpur hidup yang besar, buto ijo pun terjerat oleh lumpur hidup tersebut dan menenggelamkannya. Akhirnya Timun Mas berhasil mengalahkan buto ijo dan bisa kembali kerumah dengan selamat.
Unsur intrinsik :
Tema : perjuangan seorang ibu
Alur : Maju
Setting / Latar :
· Tempat: JAWA TENGAH
· Waktu : siang hari
Amanat :
Ø Rajinlah membaca
Ø sayangilah ibumu seperti ibumu menyangangimu
Ø Bersungguh – sungguhlah dalam mencapai kesuksesan
Unsur ekstrinsik :
Nilai Agama : janganlah engkau percaya tentang adanya jin
Nilai Moral : Berpegang teguhlah prinsip sifat tegas, Hargailah orang tua
Nilai Pendidikan : Rajinlah membaca
PERAHU KERTAS
Di sisi lain, ada Kugy, cewek unik cenderung eksentrik, yang juga akan berkuliah di universitas yang sama dengan Keenan. Sejak kecil, Kugy menggila-gilai dongeng. Tak hanya koleksi dan punya taman bacaan, ia juga senang menulis dongeng. Cita-citanya hanya satu: ingin menjadi juru dongeng. Namun Kugy sadar bahwa penulis dongeng bukanlah profesi yang meyakinkan dan mudah diterima lingkungan. Tak ingin lepas dari dunia menulis, Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra.
Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu Keenan, sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Terkecuali Noni, mereka semua hijrah dari Jakarta, lalu berkuliah di universitas yang sama di Bandung.Mereka berempat akhirnya bersahabat karib.
Lambat laun, Kugy dan Keenan, yang memang sudah saling mengagumi, mulai mengalami transformasi. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan untuk mengungkapkan, mereka saling jatuh cinta. Namun kondisi saat itu serba tidak memungkinkan. Kugy sudah punya kekasih, cowok mentereng bernama Joshua, alias Ojos (panggilan yang dengan semena-mena diciptakan oleh Kugy). Sementara Keenan saat itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan seorang kurator muda bernama Wanda.
Persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan mereka sendiri, yang diberinya judul: Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menulis kisah tentang murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis, yang kelak ia berikan pada Keenan.
Kedekatan Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai berubah. Keenan disadarkan dengan cara yang mengejutkan bahwa impian yang selama ini ia bangun harus kandas dalam semalam. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung, dan juga keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya, Pak Wayan.
Masa-masa bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di Bali, mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan kisah-kisah Jenderal Pilik dan Pasukan Alit yang diberikan Kugy padanya, Keenan menciptakan lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
Kugy, yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung, menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat mungkin dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan Remigius, atasannya sekaligus sahabat abangnya. Kugy meniti karier dengan cara tak terduga-duga. Pemikirannya yang ajaib dan serba spontan membuat ia melejit menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu.
Namun Remi melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi juga semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan akhirnya Remi harus mengakui bahwa ia mulai jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
Sayangnya, Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali. Karena kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, Keenan terpaksa kembali ke Jakarta, menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak punya pilihan lain.
Pertemuan antara Kugy dan Keenan tidak terelakkan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi. Semuanya dengan kondisi yang sudah berbeda. Dan kembali, hati mereka diuji. Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir entah ke mana. Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski kadang pahit, sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.
Diwarnai pergelutan idealisme, persahabatan, tawa, tangis, dan cinta, “Perahu Kertas” tak lain adalah kisah perjalanan hati yang kembali pulang menemukan rumahnya.
Unsur intrinsik :
Tema : perjuangan untuk kembali pulang
Alur : Maju
Setting / Latar :
· Tempat: Jakarta dan Bali
· Waktu : siang hari, malam hari
Amanat :
Ø Rajinlah membaca
Ø jangan pernah putus asa
Ø Bersungguh – sungguhlah dalam mencapai kesuksesan
Unsur ekstrinsik :
Nilai Agama : janganlah engkau percaya tentang adanya jin
Nilai Moral : capailah cita-citamu
Nilai Pendidikan : Rajinlah menulis
BIOGRAFI PATTIMURA
Pattimura, memiliki nama asli Thomas Matulessy (lahir di Hualoy, Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun).Ia adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi. Adapun dalam buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".
Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak. Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.
Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.
Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarier dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja. mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat.
Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya.
Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.
Unsur intrinsik :
Tema : perjuangan untuk menghadapi VOC
Alur : Maju
Setting / Latar :
· Tempat: Ambon
· Waktu : siang hari, malam hari
Amanat :
Ø berjuanglah sampai sampai titik penghabisan
Ø jangan pernah putus asa
Ø Bersungguh – sungguhlah dalam mencapai kesuksesan
Unsur ekstrinsik :
Nilai Agama : solat 5 waktu
Nilai Moral : capailah cita-citamu
Nilai Pendidikan : Rajinlah menulis
sumber : http://soekamajoe.blogspot.com/2012/10/sinopsis-novel-perahu-kertas-2012.html
Togel
Kita lupa menghitung angka
Hanya mengacak sisi-sisi kotak dadu
Berharap nomor cantik keluar
Menembus
Asmara
!
Disini ingin menggambarkan betapa kita dihanyutkan dalam harapan-haraapan yang tidak jelas, seperti hanya mengacak sisi-sisi kotak dadu, kita juga menggunakan kata asmara, tentu saja bukan percintaan dua pemuda atau pemudi namun percintaan manusia dengan harapan kosong.
ALDI AMIRUL AKBAR
10112570
1ka38